Dunia Islam di Masa Kekhalifahan Abbasiyah: Pusat Ilmu dan Peradaban Global
3. Baghdad — Jantung Peradaban Dunia
Jika Roma pernah menjadi jantung dunia Barat dan Chang’an menjadi pusat kebudayaan Timur, maka Baghdad adalah jantung dari dunia Islam dan peradaban global selama berabad-abad. Kota ini tidak hanya berfungsi sebagai ibu kota politik Kekhalifahan Abbasiyah, tetapi juga sebagai simbol kejayaan ilmu, kebudayaan, dan arsitektur Islam. Baghdad adalah bukti nyata bahwa sebuah kota dapat menjadi pusat kecemerlangan manusia ketika kekuasaan dan ilmu bekerja selaras.
3.1 Pembangunan Baghdad oleh Al-Manshur
Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur, khalifah kedua Abbasiyah, memutuskan untuk membangun sebuah ibu kota baru pada tahun 762 M yang tidak hanya strategis secara militer dan ekonomi, tetapi juga ideal secara filosofis. Ia memilih lokasi di tepi Sungai Tigris — posisi yang sangat strategis untuk perdagangan dan transportasi.
Baghdad dibangun dalam bentuk melingkar, yang dikenal dengan nama "Madinat as-Salam" (Kota Perdamaian). Desain kota ini unik, terinspirasi dari kosmologi Islam dan Persia, dengan pusatnya adalah istana khalifah dan Masjid Raya, melambangkan kekuasaan dan agama sebagai pusat kehidupan masyarakat.
Kota ini dibangun oleh para insinyur, arsitek, dan perencana kota terbaik pada zamannya. Dalam waktu singkat, Baghdad berkembang menjadi salah satu kota terbesar dan terpadat di dunia.
---
3.2 Pusat Administrasi dan Intelektual Dunia Islam
Seiring berkembangnya kekuasaan Abbasiyah, Baghdad menjadi rumah bagi ratusan ribu orang dari berbagai bangsa dan profesi: ulama, pedagang, seniman, penyair, dan ilmuwan. Kota ini menjadi tempat bertemunya peradaban Arab, Persia, Yunani, India, dan Tiongkok.
Berbagai institusi penting bermunculan, seperti:
Diwan: sistem administrasi yang mengatur pemerintahan dan keuangan negara.
Perpustakaan-perpustakaan besar yang kelak berkembang menjadi pusat penerjemahan dan kajian ilmu.
Baitul Hikmah (akan dibahas lebih rinci di Bagian 4): institusi ilmu paling berpengaruh sepanjang sejarah Islam.
Baghdad menjadi kota yang bukan hanya mengatur kekuasaan dunia Islam, tetapi juga mengilhami peradaban dunia.
---
3.3 Arsitektur dan Tata Kota
Baghdad menampilkan arsitektur Islam yang mencerminkan perpaduan nilai-nilai spiritual, simbolisme kekuasaan, dan fungsionalitas. Jalan-jalan kota lebar dan teratur, rumah-rumah penduduk dibangun dengan sistem drainase dan ventilasi yang maju. Pasar-pasar (souq) dipenuhi barang-barang dari Afrika, India, Cina, dan Andalusia.
Masjid-masjid besar berdiri megah, dihiasi kaligrafi dan ornamen geometri Islam yang mengagumkan. Sementara itu, istana khalifah dibangun bukan hanya sebagai tempat tinggal, tapi juga pusat administrasi dan simbol kedaulatan.
---
3.4 Kota Multikultural dan Kosmopolitan
Salah satu ciri unik Baghdad adalah inklusivitasnya terhadap beragam etnis dan agama. Penduduk kota terdiri dari:
Arab, Persia, Turki, Kurdi
Yahudi dan Kristen Nestorian
Zoroastrian dan Hindu
Mereka hidup berdampingan dalam sistem yang menjamin keamanan dan kebebasan beragama, selama tunduk pada hukum negara dan tidak memberontak. Inilah salah satu fondasi kuat dari kestabilan sosial di Baghdad selama masa kejayaannya.
---
3.5 Baghdad dalam Pandangan Dunia
Berbagai catatan perjalanan dari dunia Barat dan Timur menggambarkan Baghdad sebagai kota yang menakjubkan dan makmur, pusat segala ilmu dan perdagangan. Para pelancong dan duta dari Cina, India, Byzantium, bahkan Eropa Latin, datang ke kota ini untuk berdagang atau belajar.
Di mata dunia, Baghdad menjadi Mercusuar Peradaban — kota yang memancarkan cahaya ilmu dan kebijaksanaan ke seluruh penjuru dunia.
Post a Comment for "Dunia Islam di Masa Kekhalifahan Abbasiyah: Pusat Ilmu dan Peradaban Global"