Dunia Islam di Masa Kekhalifahan Abbasiyah: Pusat Ilmu dan Peradaban Global
2. Masa Awal Kekuasaan Abbasiyah — Revolusi dan Reformasi Politik
Kekhalifahan Abbasiyah tidak lahir dari transisi damai, melainkan dari sebuah revolusi berdarah yang mengguncang dasar kekuasaan Dinasti Umayyah. Dalam gejolak itu, umat Islam mengalami pergeseran besar — dari dominasi Arab yang eksklusif menjadi pemerintahan yang mengakomodasi keragaman etnis dan budaya. Revolusi Abbasiyah bukan sekadar pergantian dinasti, tetapi sebuah transformasi visi kekuasaan Islam.
2.1 Kejatuhan Umayyah dan Munculnya Oposisi Abbasiyah
Dinasti Umayyah (661–750 M) meskipun sukses dalam ekspansi wilayah Islam, dianggap oleh sebagian umat sebagai otoriter dan bias terhadap kaum Arab. Ketimpangan sosial dan kebijakan diskriminatif terhadap non-Arab (mawali) memicu keresahan yang dalam.
Keluarga Abbasiyah, keturunan dari Abbas bin Abdul Muthalib — paman Nabi Muhammad ﷺ — memanfaatkan situasi ini. Mereka membangun kekuatan dari wilayah Khurasan (di Iran timur laut saat ini), dengan bantuan etnis non-Arab dan loyalis yang kecewa terhadap Umayyah. Gerakan bawah tanah ini akhirnya memuncak dalam revolusi besar yang menggulingkan kekuasaan Umayyah di tangan Abu Muslim Al-Khurasani dan para panglima revolusioner lainnya.
Pada tahun 750 M, Marwan II, khalifah Umayyah terakhir, terbunuh di Sungai Zab. Maka berakhirlah dinasti Umayyah di timur, dan berdirilah Kekhalifahan Abbasiyah dengan Abul Abbas As-Saffah sebagai khalifah pertama.
---
2.2 Konsolidasi Awal: Dari Klan ke Negara
As-Saffah (750–754 M) tidak hanya menetapkan legitimasi dengan mengangkat silsilah dari keluarga Nabi, tetapi juga segera memperkuat kekuasaan melalui reformasi militer dan birokrasi. Ia dikenal brutal dalam membersihkan sisa-sisa loyalis Umayyah, tetapi juga visioner dalam menata ulang struktur negara.
Penerusnya, Abu Ja’far Al-Manshur (754–775 M), adalah arsitek sejati kekhalifahan Abbasiyah. Di bawah kepemimpinannya, ibu kota dipindahkan dari Kufah ke Baghdad — kota yang ia bangun dari nol dan rancang sebagai simbol kejayaan Islam baru. Ia mendirikan sistem administrasi yang rapi, memajukan tata keuangan negara, dan memulai hubungan diplomatik luas dengan negeri-negeri tetangga.
---
2.3 Perubahan Visi Kekhalifahan
Perbedaan besar antara Umayyah dan Abbasiyah terletak pada orientasi kekuasaan dan inklusivitas politik. Jika Umayyah menekankan supremasi etnis Arab, Abbasiyah membuka ruang bagi:
Mawali (non-Arab Muslim) untuk berpartisipasi dalam politik dan pemerintahan.
Integrasi budaya Persia, Bizantium, dan India ke dalam kerangka peradaban Islam.
Pertumbuhan intelektual tanpa batas etnis, menjadikan Baghdad kelak sebagai pusat kosmopolitan dunia.
Inilah titik awal transformasi dunia Islam menjadi peradaban dunia.
---
2.4 Latar Politik yang Menyuburkan Intelektualisme
Stabilitas politik yang mulai terwujud di bawah Al-Manshur dan para khalifah berikutnya memungkinkan tumbuhnya aktivitas ilmiah, seni, dan filsafat. Kebijakan mendukung penerjemahan, pendirian perpustakaan, serta pembiayaan ilmuwan dari berbagai bangsa menjadi hal yang lazim di masa ini.
Dengan demikian, masa awal Abbasiyah adalah masa peletakan fondasi — politis, intelektual, dan spiritual — dari peradaban Islam yang akan bersinar selama berabad-abad.
Post a Comment for "Dunia Islam di Masa Kekhalifahan Abbasiyah: Pusat Ilmu dan Peradaban Global"